Jumat, 18 September 2020

Pengintegrasian Nilai Moral Melalui Kearifan Lokal “Nau Noan” dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Peserta Didik SMP

 

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan Integrasi merupakan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan. Diksi kesatuan mengandung arti segala unsur yang berbeda satu sama lain mengalami proses pembauran.  Proses ini jika sudah mencapai suatu perhimpunan akan menjadi gejala perubahan dinamai integrasi. Hal ini searah dengan Firman (2010) yang menyatakan bahwa integrasi merupakan suatu kesatuan yang utuh serta tidak terpecah belah dan bercerai bera. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa integrasi merupakan berbaurnya sebuah konsep yang menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahkan.


Proses pembauran atau integrasi ini dapat terselenggara di lembaga pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Khaironi (2017) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya yang ditempuh oleh manusia untuk mengubah perilaku sehingga menjadi peribadi yang lebih baik serta mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Seturut dengan itu, dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pada dasarnya, lembaga pendidikan hadir untuk menciptakan pribadi yang pintar dan terampil juga bermoral baik. Masalah nilai-nilai moral ini oleh Ghani, Akil, & Nordin (2014) mengemukakan bahwa telah terjadi krisis moral dan etika yang melahirkan berbagai persoalan dan kerusakan di tengah masyarakat zaman ini.

Lembaga pendidikan yang dipercayakan sebagai penyemaian bibit karakter dan moral dalam diri generasi muda masa depan harus bisa menjadi ujung tombak. Hal ini sejalan dengan Suyitno (2012) yang menggarisbawahi bahwa dunia pendidikan harus mampu berperan aktif menyiapkan sumberdaya manusia terdidik yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan, baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Ia tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Ia tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah/kuliah, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Mencermati fenomena kehancuran moral anak bangsa dewasa ini, dunia pendidikan tidak boleh menutup mata. Berbagai upaya ditempuh guna menanamkan nilai-nilai moral dalam diri anak didik. Salah satu cara yang ditempuh guru Bahasa Indonesia antara lain mengintegrasikan pendidikan moral melalui kearifan lokal “Nau Noan”. Kearifan lokal menurut wikipedia adalah bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal (local wisdom) biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut.

Berdasarkan pengertian tersebut, salah satu media tutur yang berkembang di Kabupaten Sikka adalah nau noan. Nau noan merupakan dongeng dalam bahasa Sikka yang disampaikan orang tua kepada anak-anaknya saat malam sebelum tidur. Biasanya ayah yang biasa menyampaikan nau noan sebagai pengisis waktu senggang menunggu makan malam tiba. Tujuannya di samping menanamkan nilai moral melalui karakter para tokoh dalam dongeng juga mengatasi rasa kantuk anak sebelum makan malam.

Pada dasarnya orang tua mengambil karakter tokoh binatang yang ada dan hidup serta dikenali anak-anaknya. Karakter tokoh jahat digambarkan dalam simbol binatang seperti buaya, serigala, harimau, dan singa. Karakter tokoh yang lemah dan baik dilukiskan melalui diri binatang seperti anjing, kucing, ayam, burung, babi, kuda, dan sapi. Sementara itu, karakter sebagai penengah yang cerdas dan bijak disodorkan tokoh kancil dan kera. Kisah ceritanya dikembangkan sesuai daya khayal para orang tua dengan gaya penceritaan yang menarik; seperti menirukan suara binatang yang menjadi tokohnya. Hal ini sudah pasti membuat anak-anak antusias mendengarkannya hingga selesai. Bagian yang paling tidak mengenakkan adalah bagian koda yang berisi pesan-pesan moral. Anak-anak akan mendapat nama baru (nama tokoh binatang) sesuai karakternya masing-masing.

Dalam pembelajaran di kelas, guru Bahasa Indonesia dapat menerapkan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1.      Tahap orientasi

Pada tahap ini pendidik membagi peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah tokoh yang ada dalam nau noan. Setelah kelompok terbentuk, guru mulai mendongeng atau memperdengarkan dongeng yang sudah direkam sebelumnya.

2.      Tahap Identifikasi

Pada tahap ini, pendidik meminta peserta didik mengidentifikasi karakter tokoh dan penokohan dalam cerita nau noan yang didengar. Selanjutnya, peserta didik saling berbagi peran sesuai dengan karakter yang dipilihnya. Peserta didik berlatih mendramatisasikan cerita dengan improvisasi sesuai karakter yang dipilihnya. Alurnya tidak harus sama dengan cerita aslinya.

3.      Tahap Mengomunikasikan

Pada tahap ini, setiap kelompok tampil bergiliran di depan kelas untuk mementaskan drama yang dilatihnya. Kelompok lain bisa memberi komentar atau tanggapan positif maupun negatif terhadap seni peran, isi cerita, dan kesesuaian karakter yang diperankan.

4.      Tahap Musyawarah

Pada tahap ini pendidik dan peserta didik melakukan curah pendapat untuk menentukan nilai moral yang positif untuk diterapkan dalam hidup di lingkungan kelas. Misalkan nilai yang disetujui adalah gotong royong. Dengan demikian, setiap warga kelas mesti berkomitmen untuk bergotong royong dalam menjalankan piket kelas meskipun bukan gilirannya. Semua warga sekolah diharapkan secara ikhlas hati menjalaninya. Jika ada yang bersungut-sungut atau tidak menjalankannya, anak tersebut dipanggil dengan nama binatang yang berkarakter pembangkang.

5.      Tahap Aksi Nyata

Pada tahap ini, peserta didik menjalankan hasil musyawarh dalam jangka waktu tertentu. Selama menjalankan komitmen bersama, pendidik dan ketua kelompok dapat memantau peserta didik dengan lembar observasi yang disediakan pendidik. Hal-hal positif dan negatif yang ditemukan dalam pemantauan dicatat dengan cermat dan akan disampaikan pada saat jangka waktu aksi nyata berakhir.

6.      Tahap Refleksi

Pada tahap ini pendidik menjelaskan atau membahas kelemahan dan kesalahan yang dilakukan siswa. Pendidik dapat memotivasi siswa agar berani melakukan hal-hal baik dan tidak perlu menyesal karena telah melakukan hal baik. Selain itu, peserta didik pun diberi kesempatan untuk menyampaikan kesan dan pesan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru memberi penguatan atau penghargaan kepada siswa. Yang terpenting dilakukan pada tahap ini adalah menunjukkan kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam pembelajaran  dan bagaimana solusinya.

Pengintegrasian kearifan budaya lokal dalam hal ini nau noan  dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi degradasi moral yang tengah melanda anak bangsa karena kemajuan TIK. Selain itu, pengintegrasian kearifan budaya lokal ini merupakan strategi yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai karakter sebagaimana tuntutan Sisdiknas dan Kurikulum 2013. Nilai-nilai dalam kearifan budaya lokal (nau noan) selain dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan inspirasi, juga dapat membantu pendidik untuk menumbuhkan sikap spiritual dan sikap sosial pada siswa. Dengan demikian tujuan pembelajaran tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga untuk menumbuhkan sikap moral yang baik dan bermartabat demi diri sendiri, orang tua, bangsa dan negara.

 

Daftar Referensi

Firman, Robiansyah. (2010). Integrasi Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Sebagai Upaya Pembinaan Akhlak Siswa (Studi Kasus di SD Peradaban Serang), 1–13

Ghani, S. A., Abdullah, S., Akil, S. M. S., & Nordin, N. (2014). Muslim Adolescent Moral Values and Coping Strategies among Muslim Female Adolescents Involved in Premarital Sex. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 114, 637–643. https://doi.org/10.1016/j.jcp.2013.07.036

Depdiknas. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

Khaironi. (2017). Pendidikan Moral Pada Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi, 1, 1–16

Suyitno, Imam. 2012. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA BERWAWASAN KEARIFAN LOKAL. FBS Universitas Negeri Malang  Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012.

WikipediaIndonesia.https://kearifan+lokal&oq=wiki&aqs=chrome.0.69i59j69i57j69i59l2j0l3j5.4728j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8. Diakses Kamis, 17 September 2020 Pukul 20.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar