Minggu, 06 Desember 2020

IMPERANTIS

 

IMPERANTIS

Oleh: Robertus Adi Sarjono Owon

 


Dikisahkan bahwa di suatu negeri hiduplah sebuah keluarga yang sudah tidak utuh lagi. Mama keluarga itu sudah tiada semenjak anaknya lahir. Anak itu menjadi satu-satunya milik keluarga itu. Anak yang diberi nama Imperantis itu tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Ayahandanya, Perado, namanya adalah seorang tokoh terpandang di negeri itu.

Meskipun hidup sebagai keluarga yang tidak utuh, kedua ayah beranak itu tidak mengalami kesulitan. Kebutuhan keluarganya tercukupi bahkan mereka dapat membangun sebuah lepo[1] yang sangat megah untuk ukuran masyarakat di negeri kecil itu. Rumah itu berbentuk panggung itu beratap bambu, sirap namanya. Dindingnya dari gedek yang bermotif naga dan manusia. Rumah itu terdiri atas satu kamar utama yang digunakan sebagai tempat kulababong[2] dan satu kamar sebagai pendopo, dapur, dan dua kamar tidur. Tangga yang menghubungkan pendopo dan halaman terdiri atas 7 anak tangga.

Perado dianggkat sebagai kepala suku sehingga ia menjadi panutan dan teladan bagi seluruh anggota suku. Imperantis sebagai pewaris tunggal diajari tata karma bagaimana menyapa, bertutur kata, menerima dan melayani tamu, memasak, dan mengatur rumah tangga. Sebagai gadis yang normal, ia mulai memiliki pria idaman hati. Namun, hal itu dipendamnya dalam hatinya. Haram bagi seorang wanita mengungkapkan perasaannya meskipun hanya kepada teman sebaya. Mereka hanya bisa pasrah pada takdir dan keputusan orang tua. Pernah seorang pemuda bernama Iboabo menyampaikan isi hatinya, tetapi ditolaknya secara halus. Pria itu pun mundur teratur dan menaruh perasaan cintanya di kedalaman hatinya. Imperantis mempunyai gebetan yang lain yang pasti tidak direstui oleh ayahnya.

Nong Wair Mi, nama pemuda itu pun rupanya menaruh hati pada Imperantis, tetapi ia tidak berani berterus terang. Di samping ayah Imperantis adalah orang terpandang, ia pun sadar akan asal muasal keluarganya. Mereka terlahir sebagai keluarga yang miskin dan sederhana. Tambahan pula, mereka tidak terhitung dalam satu suku pun. Mereka sepertinya menjadi orang asing di negeri itu.

Pemuda malang itu tidak berhenti mencari tahu dari mana ia dan keluarganya berasal. Siang dan malam ia tiada berhenti mencari cara untuk mengetahui negeri asalnya. Dari kedua orang tuanya, ia akhirnya tahu kalau mereka berasal dari negeri seberang. Perjalanan ke sana sekitar 3 hari  berjalan kaki jauhnya. Melewati sungai. Melalui hutan. Meniti padang padas.

Sejak tahu siapa dirinya, Nong Wair Mi mulai beraksi mencari perhatian Imperantis secara lebih berani. Ia sudah bertekad hendak membawa lari gadis itu ke negeri asalnya dan hidup bahagia di sana. Gayung pun bersambut. Nong Wair Mi ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Imperantis menerima dirinya apa adanya. Mereka tahu kalau cinta mereka tidak mungkin direstui ayah Imperantis dan warga suku lainnya. Untuk itu, mereka menutup rapat pertemuan dan perasaan simpatinya dari orang lain. Lebih banyak mereka menggunakan hati. Hatilah yang berbicara. Mereka percaya pada cinta sejati. Mereka yakin cinta mereka akan membawa mereka meninggalkan negeri itu.

Singkat kata singkat cerita, Imperantis dan Nong Wair Mi sudah membulatkan tekad untuk segera kabur dari rumah. Sebuah perahu sudah disiapkan. Mereka akan berperahu menyusuri sungai menuju ke hilir. Dari sana mereka baru berjalan kaki melintasi hutan dan padang padas. Ketika malam hari tiba, kedua insan yang dimabuk cinta itu pun pergi meninggalkan negeri itu.

Rupanya, semua hal yang mereka rencanakan itu diketahui oleh Bapak Perado. Dengan kemampuan ilmu magisnya, Perado menyusul kedua orang muda itu dengan seruan berikut:

Imperantis, Imperantis…                      Wahai Imperantis

Amam a’ut Perado wi topo ‘au         Aku, ayahmu memanggilmu

Topo ‘au ele tara                                Tapi tiada sahutan

Ko odi ma da’a Nong natar               Jika tiba di negeri Nong

Gepung kebe ‘au mate                      Perahu terbalik dan kau mati

Dan boga ‘au mate                            Tangga patah dan kau mati

Ular le’a ‘au mate                               Ular jilat dan kau mati

Hai ata wi rena gun a dewa det         Siapa yang mendengar dan memberitakannya

Odi dadi dan watu                             Dia akan menjadi batu

 

Tantangan terbesar dan terberat yang harus dihadapi oleh kedua sejoli itu. Mereka mendengarkan suara Perado yang terus bermain di telinganya sepanjang perjalanan mereka. Semakin mereka menjauhi negeri itu, suara Perado semakin kuat dan sering frekuensinya. Meskipun begitu, kedua orang itu tidak peduli. Apa pun yang akan terjadi harus dihadapi bersama-sama meskipun maut menjadi taruhannya.

Dari jauh, perahu Iboabo pun berlayar mendekat. Pemuda yang telah ditolak cintanya itu tetap ingin mengantar Imperantis sampai tiba di negeri barunya. Ia pun ikut mendengar dan merekam ucapan Perado. Suara gaib itu tetap menyertai perjalanannya. Dalam hati ia berpikir keras memecahkan misteri perkataan Bapak Perado. Menurutnya, ia harus siaga ketika Imperantis menuruni perahu, menaiki tangga, dan beristirahat di kamarnya. Ia harus bisa menyelamatkan kekasihnya meskipun sudah ditolak.

Langit timur memerah. Hari baru datang lagi. Alam berangsur meninggalkan selimut malamnya. Perahu Nong Wair Mi pun merapat di dermaga. Dengan secepat kilat, ia menurunkan barang-barang bawaan seadanya dan membantu menurunkan Imperantis. Pada saai itu, perahunya terbalik. Namun, dengan sigap Iboabo menyelamatkan Imperantis dalam gendongannya tanpa terkena air sedikit pun. Imperantis selamat. Namun, malang bagi Iboabo. Ia dicaci maki dan dicela oleh Nong Wair Mi sebagai orang yang tidak tahu adat. Suka mengambil kesempatan dalam kesempitan. Suka mencari perhatian. Suka merebut milik orang. Iboabo tidak membalas semua umpatan itu. Baginya, Imperantis selamat, itu sedah cukup.

Nong Wair Mi dan Imperantis melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Mereka menerobos hutan lebat dan penuh tantangan. Menjelang siang, mereka tiba di padang padas. Jauh di sana terlihat sebuah negeri yang elok dan hijau segar. Di pihak lain, Iboabo mengambil jalan lain dan ternyata telah tiba terlebih dahulu di ujung negeri itu. Nong Wair Mi telah mengabarkan kedatangannya pada warga yang ditemuinya di jalan. Dengan begitu, seluruh warga negeri berkumpul di rumah suku untuk menyambut kedatangan Nong Wair Mi dan istrinya.

Tibalah mereka di depan rumah adat itu. Tangga beranak 7 sebagai titian telah dipasang untuk dinaiki oleh kedua anak negeri yang hilang itu. Anak tangga demi anak tangga dititi mereka dengan aman. Ketika menginjakkan kaki di anak tangga ke-7, tangga pun patah. Imperantis dalam sekejap terjatuh dan sudah ada dipelukan Iboabo yang saat itu bersiap-siap di bawah. Melihat itu, Nong Wair Mi makin kalap. Ia hendak membunuh Iboabo, tetapi diamankan oleh semua yang hadir.

Upacara penyambutan pun dilangsungkan. Musik kampung dihadirkan. Kambing dan lembu yang gemuk disembelih. Semua orang sibuk. Memasak di dapur. Bermain musik. Bernyanyi-nyayi riang. Menari. Bahkan ada yang hanya duduk berbincang-bincang tentang kecantikan Imperantis. Beberapa gadis tampak cemburu. Akan tetapi, Imperantis senantiasa menunjukkan sikap santun seperti yang diajarkan oleh ayahnya, Perado.

Pesta berlangsung hingga larut malam. Semua orang sudah mabuk. Capek. Lelah. Mengantuk. Waktunya harus beristirahat. Imperantis pun memasuki kamar pengantinnya. Nong Wair Mi pun menyusul. Ketika akan merebahkan tubuhnya di tempat tidur, seekor ular besar keluar dari arah yang tak diketahui sembari menjulurkan lidahnya. Secepat kilat, Iboabo muncul dan membunuh ular itu dengan tangan kosong. Ia memegang kepala ular itu dan membawanya keluar. Melihat peristiwa itu, Nong Wair Mi gelap mata. Ia lalu menghunuskan belati ingin membunuh Iboabo. Akan tetapi, Iboabo hilang di kegelapan malam.

Keesokan harinya, Iboabo muncul kembali di halaman rumah adat itu. Satu persatu penghuni rumah itu terbangun dari mimpi malamnya. Mereka berkumpul di pendopo. Mereka terkejut karena di halaman Iboabo sudah berdiri dengan gagah perkasa. Padahal, sepanjang malam ia hilang tak tentu rimbanya. Imperantis dan Nong Wair Mi pun hadir di pendopo itu.

Mogam sawen rena                                        Wahai, dengarkanlah!

Nora oras rimu ruan panor                              Ketika mereka berdua beranjak pergi

Perado, Imperantis amat supa nora beta       Perado, ayah Imperantis bersumpah

Imperantis, Imperantis…                                  Wahai Imperantis

Amam a’ut Perado wi topo ‘au                     Aku, ayahmu memanggilmu

Topo ‘au ele tara                                            Tapi tiada sahutan

Ko odi ma da’a Nong natar                           Jika tiba di negeri Nong

Gepung kebe ‘au mate                                  Perahu terbalik dan kau mati

Dan boga ‘au mate                                        Tangga patah dan kau mati

Ular le’a ‘au mate                                           Ular jilat dan kau mati

Hai ata wi rena gun a dewa det                     Siapa dengar dan memberitakannya

Odi dadi dan watu                                         Dia akan menjadi batu

Loning a’u dewa det ba’a                             Karena aku telah memberitakannya

Odi a’u dadi an watu                                     Aku pasti menjadi batu

 

Setelah berkata demikian, tubuh Iboabo pun berangsur-angsur berubah menjadi batu mulai dari kaki hingga kepala. Hingga saat ini batu itu dijadikan tempat untuk meletakkan sesajen ketika melakukan upacara adat. Bagi pasangan yang hendak menikah, pasti datang meletakan sesajen di batu tersebut sambil memohon agar menjadi keluarga yang sejahtera dan bahagia.

****

Ayahku bilang, Perado sebagai simbol kekuasaan, Iboabo sebagai simbol cinta sejati, Imperantis simbol kesetiaan, dan Nong Wair Mi sebagai simbol keegoisan.

Menurut Miriam Budiarjo[3], kekuasaan adalah kewenangan yakni hak dan tanggungjawab yang diperoleh dan digunakan seseorang dalam menjalankan keutamaan yang diamanahkan sesuai dengan apa yang diberikan tanpa melebihi kewenangan yang diperolehnya atau kemampuan seseorang memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya.

Dalam pemahaman umum, kekuasaan dapat dipahami sebagai hak dan tanggungjawab yang dipegang golongan yang memengaruhi kelompok di bawah secara meluas baik dari kalangan penguasa seperti raja sampai ke pejabat dalam sebuah negara. Jadi, tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver[4] mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yang memerintah dan ada yang diperintah. Manusia berlaku sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden membuat UU (subjek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada Undang-Undang (objek dari kekuasaan).

****

Simbol cinta sejati dapat kita peroleh dari sosok Presiden ke-3 RI, Almarhum Bacharuddin Jusuf Habibie bukan hanya dikenal sebagai seorang tekhnokrat atau ahli sains dan teknologi. Namun, almarhum juga dikenal sebagai sosok romantis. Kesetiannya kepada sang istri, Ainun, seolah menjadi gambaran kepada kita bahwa cinta sejati adalah cinta yang membawa hingga akhir maut memisahkan.

Beberapa kutipan romantis BJ Habibie[5] kepada Ainun berikut ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk mencintai orang terdekat kita. “Cinta sejati itu memandang kelemahan lalu dijadikan kelebihan untuk saling mencintai”

B.J Habibie memaknai cinta adalah sesuatu yang dapat ditingkatkan seiring waktu walaupun awalnya masih banyak memiliki kekurangan. “Antara saya dan Ainun, adalah dua raga tetapi dalam satu jiwa” Rasa cinta yang teramat dalam diungkapkan oleh B.J Habibie. Kalimat tersebut menyiratkan bahwa walaupun mereka adalah dua individu yang berbeda tetapi hati mereka telah bersatu hingga akhir.

*******

Simbol kesetiaan dapat dijelaskan sebagai berikut. “Kesetiaan” dalam KBBI artinya keteguhan hati atau berpegang teguh. Bila disimpulkan dalam kehidupan rumah tangga berarti berpegang teguh pada janji suci tali pernikahan.

Untuk mempersempit arti kesetiaan, pakar psikologi membagi kesetiaan dalam tiga bentuk yakni kesetiaan emosional, kesetiaan finansial, dan kesetiaan seksual.

Kesetian emosional sebagai tanda pasangan setia yang tidak flirting (menggoda) orang lain. Kesetiaan secara emosional ini sering terjadi tanpa kita sadari. Selain itu, hal yang perlu diingat untuk tidak menawarkan perhatian lebih pada orang lain. Inilah cikal bakal yang bisa menimbulkan keterikatan emosi dengan mereka.

Kesetiaan finansial mengandung arti terbuka dan transparan pada pasangan soal pengeluaran. Misalnya, tidak membuat keputusan sendiri ketika menggunakan uang dengan nominal yang besar. Nah, misalnya punya rekening bank rahasia, melakukan pembayaran yang ditutupi dari pasangan, atau memiliki simpanan uang tunai, artinya sudah tidak setia dalam hal finansial.

Meski kejujuran dan dan keterbukaan adalah faktor utama dalam kesetiaan, menurut ahli kadang boleh saja bila kita menyimpan sendiri pemikiran dan perasaan yang sangat pribadi dari pasangan. Intinya, kesetiaan bisa dicapai melalui kejujuran yang diseimbangkan dengan kebijaksanaan, dan pengendalian diri yang baik.

Kesetiaan Seksual mengandung pengertian bentuk kesetiaan yang hanya boleh melakukan hubungan seks dengan pasangan sendiri. Mungkin terdapat beribu satu alasan untuk “membenarkan” perselingkungan.

******

Simbol keegoisan dapat dijelaskan seperti berikut. Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Hal ini berkaitan erat dengan (mencintai diri sendiri) dan kecenderungan untuk berbicara atau menulis tentang diri sendiri dengan rasa sombong dan panjang lebar. Egoisme dapat hidup berdampingan dengan kepentingannya sendiri, bahkan pada saat penolakan orang lain.

*****

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa Perado menjadikan dirinya sebagai penguasa yang berkuasa dengan penuh keegoisan. Ia tidak memedulikan perasaan dan ziarah batin orang-orang yang menjadi bawahannya. Ia bahkan menghukum orang-orang yang memiliki kepribadian yang memiliki kepribadian yang setia dalam mempertahankan cinta sejatinya.

Imperantis merupakan sosok yang menjunjung tinggi nilai kesetiaan, teristimewa pada kesetiaan secara emosional dan seksual. Ia tidak memberi perhatian berlebih kepada Iboabo yang selalu memberi perhatian kepadanya dengan menyelamatkan dirinya berkali-kali. Ia tetap memegang prinsip kesetiaannya hanya kepada orang yang telah dijadikan pasangannya meskipun pasangannya itu sangat egois yang mementingkan dirinya sendiri.

Nong Wair Mi menjadi sosok yang membawa karakter egois. Karena keegoisannya, ia tidak membuka mata hatinya kepada perbuatan baik orang lain. Ia selalu menganggap saingan terhadap orang-orang yang ingin memasuki wilayah privatnya. Bahkan, kepada orang tuanya pun ia tidak memberi ‘hati’ lantaran hatinya telah tertutup oleh keegoisan.

Iboabo menjadi sosok sentral yang menjadi teladan bagi setiap orang yang membaca kisah ini. Ia tidak berhenti mencinta meskipun ia berhadapan dengan keegoisan dan kesewenang-wenangan. Hendaknya kita semua menjadi lebih bijaksana dalam memaknai hidup dan kehidupan kita.

*****

 

 

 

 

 

 

 



[1] Lepo= rumah adat masyarakat Kabupaten Sikka

[2] Kulababong= musyawara yang dihadiri anggota suku

[3] Prof. Dr. Miriam Budiardjo (lahir di Kediri, Jawa Timur, 20 November 1923 – meninggal di Jakarta, 8 Januari 2007 pada umur 83 tahun) adalah pakar ilmu politik Indonesia dan mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

[4] Robert Morrison MacIver (lahir, 17 April 1882 di Stornoway, Outer Hebrides, Skotlandia - meninggal, 15 Juni 1970 di New York City) adalah seorang sosiolog kelahiran Skotlandia, ilmuwan politik, dan seorang pendidik yang menyatakan keyakinan akan kompatibilitas individualisme dan sosial organisasi

[5] B.J. Habibie adalah Presiden ke-3 RI berasal dari Makasar yang terkenal sebagai seorang teknokrat I yang diakui di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar