“Ai…semut-semut ini sungguh terlalu,”kata mama bersungut-sungut lantaran kue bolu kukus yang baru dibuatnya yang dimakan semut. “Tolong ambil kapur semut di rak,”katanya padaku dengan nada perintah. “Tak mau ah,”kataku sewot seraya berbalik ingin meninggalkan mama. “Mau kemana kau?”rambutku dijambaknya. “Dasar. Anak ni kayak kameng wae hala,”selorohnya sambil tersenyum. Aku pun ikut tersenyum, lalu kataku,”Makanya jangan suka perintah. Aku tak mau seperti itu.” Mama terperangah. Wanita tua itu tampak kaget. “Bukannya tadi kuminta tolong, ya?”tanyanya retoris, lalu beranjak membuka rak. Mama mengeluarkan kapur semut. Menggoreskannya di seputaran tempat kue yang diletakannya di atas meja.
Aku mengamati perilaku semut-semut itu. Yang sedang berada di dalam lingkaran perlahan-lahan tiada berdaya lalu mati. Yang di luar lingkaran makin menjauh dari tanda kapur yang digores ibu. “Kasihan benar mereka,”kataku pada mama. “Lho…kau kasihan pada semut? Aneh. Mama yang kerja keras memeras keringat ini kau remehkan. Minta tolong pun tak mau, dasar kameng wae hala,”gerutu mama padaku. Aku tidak peduli. Aku mencoba mengikuti semut-semut yang di luar lingkaran itu beranjak pergi. Mereka berbondong-bondong melewati celah-celah lantai keramik menuju tepi kamar. Dari sana mereka terus menyusuri dinding kamar menuju pintu lalu menuruni anak tangga. Rombongan semut itu makin banyak. Meskipun begitu, mereka tetap berjalan satu-satu, tidak berdesakkan. Setibanya di anak tangga terakhir, semut yang berjalan paling depan berhenti sejenak. Serentak semua semut ikut berhenti.
Sejurus
semut ‘pemimpin rombongan’ itu tampak berpikir sejenak. Rupanya mereka harus
berbalik arah. Wah, ternyata mereka berjalan menuju ke potongan kue yang
terjatuh dari tanganku. Mereka berhenti lalu mengelilingi potongan kue itu. Aku
makin penasaran, gerangan apa yang akan dilakukan para semut. Semut-semut itu mencoba
mengangkat potongan kue tersebut. Awalnya 5 ekor semut. Tidak bisa. Cuma
bergeser sedikit. Tiba-tiba ada belasan semut menggotong kue itu. Berhasil.
Mereka membawanya ke arah anak tangga terakhir. Aku terus mengikuti mereka.
Tentunya dari tempat aku duduk saja, hanya mataku yang selalu terarah kepada
mereka.
Di
sana di sudut tangga itu, mereka berhenti sejenak. Wauh…ada lubang ternyata.
Mereka memasuki lubang itu sambil membawa potongan kue tersebut. Tiba-tiba
keluar dari dalam lubang sekelompok semut hitam yang berjalan tak tentu arah.
Dalam waktu sekejap, mereka sudah memnuhi anak tangga, tetapi sangat tidak
teratur. Mereka tidak berjalan pada jalurnya seperti semut-semut sebelumnya.
Justru karena kehadiran mereka, semut-semut tadi menghilang. Aku mencarinya ke
mana-mana, tetapi tidak kutemui.
“Dimana
mereka?”teriakku pada diri sendiri. Namun, mama tiba-tiba sudah berada di
belakangku. “Siapa yang kamu cari?”tanyanya padaku. Aku menunjuk ke semut-semut
hitam liar yang tidak tahu sopan santun itu. “Itu, Ma. Pas mereka keluar dari
lubang, semut-semut tadi pada menghilang. Padahal mereka tadi memikul kue yang
terjatuh dari tanganku,”kataku menjelaskan. “Lagi pula, semut-semut hitam itu
tak tahu aturan. Mereka berjalan dan berlari sembarangan saja. Sepertinya liar
sekali,”lanjutku. “Nah, itu yang dinamakan semut kameng wae hala. Persis
seperti dirimu. Sulit diatur. Tak pernah mau mendengarkan mama. Suka-sukamu
sendiri,”jawab mama nyerocos begitu saja. “Jadi, mama samakan aku dengan kameng wae hala?”tanyaku. Akan tetapi,
mama sudah berlalu dari padaku sambil nyeletuk, “Jawab saja sendiri.”
*****
Kameng wae hala adalah nama yang diberikan
masyarakat kabupaten Sikka untuk semut hitam yang berjalan serampangan. Mereka
biasanya muncul sesewaktu dari dalam lubang atau dari lipatan perca kain yang
dibuang lama. Kemunculan mereka langsung membuat pandangan mata terganggu.
Sangat banyak dan berkeliaran sesuka hati mereka. Tidak seperti semut-semut
pada umumnya yang selalu antre, bekerja sama, bergotong royong, saling
menghargai, dan sebagainya. Nah, jika ada anak yang sulit diatur dan suka
berkeliaran, orang tua selalu mengatakan bahwa anak tersebut seperti kameng wae hala. Masyarakat lain
menyebutnya mihe wae rumang atau
semut gila.
******
Dari
sekitar 15.000 spesies semut yang ditemukan di seluruh dunia, beberapa di antara
spesies atau jenis semut tersebut dikenal sebagai hama pertanian dan ada
beberapa dari mereka diketahui dapat merusak struktur kayu suatu bangunan. Ketika
berada di area perumahan, beberapa jenis semut rumahan yang paling umum ditemui
biasanya berada di area dapur atau ruang makan, tempat dimana mereka dengan
mudah menemukan sumber makanan di dalam rumah. Semut-semut itu antara lain:
semut hantu (semut gula), semut firaun, semut gila, dan semut tukang kayu.
Semut gula memiliki kepala berwarna gelap
dengan perut berwarna bening. Berukuran sekitar 2.5 - 15 mm. Semut ini tidak
mengigit. Semut ini menyukai makanan yang berasa manis, berbahan dasar gula. Semut gula seringkali ditemukan di
dalam ruangan terutama di lingkungan yang lembab seperti di bawah bak cuci
piring di dapur dan di dalam lemari. Semut jenis ini tertarik pada makanan
manis, remah-remah makanan atau tumpahan minuman manis yang tidak langsung
dibersihkan. Cara mengatasinya antara lain membersihkan dengan segera
remah-remah, minyak, dan sumber makanan lainnya yang mungkin tersisa di balik
lemari es dan kompor.
Semut firaun memiliki tubuh kecil dan
berwarna kuning kecoklatan. Semut ini mungkin menggigit, namun sangat jarang
menyengat. Mereka mencari makanan berprotein tinggi dan berbasis minyak. Mereka
aktif mencari makan di malam hari. Semut
firaun bersarang di area tertutup di berbagai tempat di dalam rumah,
seperti retakan dinding, di bawah beberapa peralatan rumah tangga dan di bawah
karpet. Semut firaun datang ke rumah
karena banyak makanan yang terbuka di atas meja atau tidak tertutup rapat di
dapur Anda. Cara mengatasinya adalah jangan pernah mencoba untuk mengusir semut
ini dengan menggunakan semprotan atau cairan insektisida karena hal ini hanya
akan memperburuk keadaan dan menjadikan koloni semut ini lebih sulit untuk
dikendalikan. Jangan ragu untuk menghubungi jasa pembasmi semut profesional
ketika Anda harus berurusan dengan semut
firaun di rumah.
Semut tukang kayu berukuran besar sekitar 17 mm
dan berwarna gelap, tetapi juga dapat ditemui berwarna merah-kehitaman. Semut tukang kayu tidak menggigit atau
menyengat. Semut jenis ini menyukai sumber makanan berprotein tinggi, khususnya
dari serangga mati. Semut tukang kayu
bersarang di pohon dan struktur kayu. Jenis semut ini menggigit kayu saat
membangun sarangnya di pohon, tetapi mereka tidak memakan kayu sama halnya
seperti rayap. Semut ini tertarik pada tempat-tempat dengan kelembaban yang
tinggi dan membentuk sarang berupa lubang-lubang pada struktur kayu. Cara
mengatasi semut tukang kayu adalah
segera memperbaiki sumber kebocoran di sekitar rumah, misalnya dari pipa air
yang dapat menyebabkan kerusakan atau pelapukan pada kayu yang disukai oleh
semut tukang kayu.
Semut gila berwarna hitam dan berkaki
panjang, dapat bergerak tak menentu ke segala arah ketika merasa terganggu. Semut
ini tidak menggigit atau menyengat. Mereka memakan berbagai jenis makanan,
namun lebih menyukai makanan yang berbasis gula. Semut gila bersarang di luar rumah (outdoor) khususnya di bawah pot
bunga, jalan setapak dan sekitar area kolam. Semut gila merupakan salah satu jenis semut rumahan yang dikenal
sebagai hama invasif atau dapat mengolonisasi suatu habitat secara masif.
Begitu semut gila dapat masuk ke
dalam rumah, mereka akan dengan cepat berkeliaran mencari sumber makanan dan
menjadi lebih sulit untuk dikendalikan. Anda harus mencoba mengurangi
kemungkinan jenis semut ini masuk ke dalam rumah dengan cara membuang cabang
pohon yang bersebelahan dengan bangunan rumah Anda. Cara lain yang dapat Anda
lakukan adalah dengan menutup semua celah dan retakan yang dapat menjadi akses masuk
semut gila ke dalam rumah. [1]
*****
Terlepas
dari berbagai jenis semut dengan karakteristiknya, nilai-nilai yang dapat
dipetik dari para semut antara lain disiplin, kerja sama, gotong royong,
persatuan, dan solidaritas. Semut sangat disiplin dalam mengantre (kecuali
semut gila). Jika semut saja bisa mengantre, mengapa kita manusia selalu tidak
sabar dan ingin didahulukan? Semut selalu bekerja sama dalam mencari nafkah.
Mereka pun bergotong royong untuk membawa hasil perolehannya menuju ke
sarangnya. Jika semut bisa bekerja sama dan bergotong royong dalam bekerja,
mengapa kita lebih suka berpangku tangan sambil menonton orang lain bekerja?
Semut
pun memiliki integritas tinggi dalam menjalin persatuan. Mereka selalu hidup
berkoloni. Tidak ada semut yang hidup sendiri. Jika semut bisa menjalin
persatuan, mengapa kita lebih suka menyaksikan dan menjadi pelaku perpecahan di
antara kita? Semut pun selalu memelihara sikap solider. Tidak akan ditemukan
ada semut yang menghabiskan makanannya sendiri. Mereka selalu berbagi. Jika
semut saja memiliki sikap solider, mengapa kita lebih suka egois atau
mementingkan diri sendiri? Mari kita belajar pada semut untuk menumbuhkan sikap
positif dalam diri kita.
*******
[1] https://www.rentokil.co.id/tips-mudah-mengendalikan-hama/fakta-menarik-tentang-hama/4-spesies-semut-paling-sering-ditemukan-di-rumah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar