Hai, rekan-rekan sejawat yang sedang membelajarkan peserta didiknya terkait materi teks prosedur. Saya mempunyai video menarik terkait prosedur ikat tenun kearifan lokal Sikka sejak awal pemintalan benang hingga menenun kain. Jika berminat, silakan Klik Di sini !
Kamis, 15 Oktober 2020
IKAT TENUN (SIRU WISU ATA DU'A) TEKS PROSEDUR
Hai, rekan-rekan sejawat yang sedang membelajarkan peserta didiknya terkait materi teks prosedur. Saya mempunyai video menarik terkait prosedur ikat tenun kearifan lokal Sikka sejak awal pemintalan benang hingga menenun kain. Jika berminat, silakan Klik Di sini !
Kamis, 08 Oktober 2020
MIHE MITAN (KAMENG WAE HALA)
“Ai…semut-semut ini sungguh terlalu,”kata mama bersungut-sungut lantaran kue bolu kukus yang baru dibuatnya yang dimakan semut. “Tolong ambil kapur semut di rak,”katanya padaku dengan nada perintah. “Tak mau ah,”kataku sewot seraya berbalik ingin meninggalkan mama. “Mau kemana kau?”rambutku dijambaknya. “Dasar. Anak ni kayak kameng wae hala,”selorohnya sambil tersenyum. Aku pun ikut tersenyum, lalu kataku,”Makanya jangan suka perintah. Aku tak mau seperti itu.” Mama terperangah. Wanita tua itu tampak kaget. “Bukannya tadi kuminta tolong, ya?”tanyanya retoris, lalu beranjak membuka rak. Mama mengeluarkan kapur semut. Menggoreskannya di seputaran tempat kue yang diletakannya di atas meja.
Aku mengamati perilaku semut-semut itu. Yang sedang berada di dalam lingkaran perlahan-lahan tiada berdaya lalu mati. Yang di luar lingkaran makin menjauh dari tanda kapur yang digores ibu. “Kasihan benar mereka,”kataku pada mama. “Lho…kau kasihan pada semut? Aneh. Mama yang kerja keras memeras keringat ini kau remehkan. Minta tolong pun tak mau, dasar kameng wae hala,”gerutu mama padaku. Aku tidak peduli. Aku mencoba mengikuti semut-semut yang di luar lingkaran itu beranjak pergi. Mereka berbondong-bondong melewati celah-celah lantai keramik menuju tepi kamar. Dari sana mereka terus menyusuri dinding kamar menuju pintu lalu menuruni anak tangga. Rombongan semut itu makin banyak. Meskipun begitu, mereka tetap berjalan satu-satu, tidak berdesakkan. Setibanya di anak tangga terakhir, semut yang berjalan paling depan berhenti sejenak. Serentak semua semut ikut berhenti.
Sejurus
semut ‘pemimpin rombongan’ itu tampak berpikir sejenak. Rupanya mereka harus
berbalik arah. Wah, ternyata mereka berjalan menuju ke potongan kue yang
terjatuh dari tanganku. Mereka berhenti lalu mengelilingi potongan kue itu. Aku
makin penasaran, gerangan apa yang akan dilakukan para semut. Semut-semut itu mencoba
mengangkat potongan kue tersebut. Awalnya 5 ekor semut. Tidak bisa. Cuma
bergeser sedikit. Tiba-tiba ada belasan semut menggotong kue itu. Berhasil.
Mereka membawanya ke arah anak tangga terakhir. Aku terus mengikuti mereka.
Tentunya dari tempat aku duduk saja, hanya mataku yang selalu terarah kepada
mereka.
Di
sana di sudut tangga itu, mereka berhenti sejenak. Wauh…ada lubang ternyata.
Mereka memasuki lubang itu sambil membawa potongan kue tersebut. Tiba-tiba
keluar dari dalam lubang sekelompok semut hitam yang berjalan tak tentu arah.
Dalam waktu sekejap, mereka sudah memnuhi anak tangga, tetapi sangat tidak
teratur. Mereka tidak berjalan pada jalurnya seperti semut-semut sebelumnya.
Justru karena kehadiran mereka, semut-semut tadi menghilang. Aku mencarinya ke
mana-mana, tetapi tidak kutemui.
“Dimana
mereka?”teriakku pada diri sendiri. Namun, mama tiba-tiba sudah berada di
belakangku. “Siapa yang kamu cari?”tanyanya padaku. Aku menunjuk ke semut-semut
hitam liar yang tidak tahu sopan santun itu. “Itu, Ma. Pas mereka keluar dari
lubang, semut-semut tadi pada menghilang. Padahal mereka tadi memikul kue yang
terjatuh dari tanganku,”kataku menjelaskan. “Lagi pula, semut-semut hitam itu
tak tahu aturan. Mereka berjalan dan berlari sembarangan saja. Sepertinya liar
sekali,”lanjutku. “Nah, itu yang dinamakan semut kameng wae hala. Persis
seperti dirimu. Sulit diatur. Tak pernah mau mendengarkan mama. Suka-sukamu
sendiri,”jawab mama nyerocos begitu saja. “Jadi, mama samakan aku dengan kameng wae hala?”tanyaku. Akan tetapi,
mama sudah berlalu dari padaku sambil nyeletuk, “Jawab saja sendiri.”
*****
Kameng wae hala adalah nama yang diberikan
masyarakat kabupaten Sikka untuk semut hitam yang berjalan serampangan. Mereka
biasanya muncul sesewaktu dari dalam lubang atau dari lipatan perca kain yang
dibuang lama. Kemunculan mereka langsung membuat pandangan mata terganggu.
Sangat banyak dan berkeliaran sesuka hati mereka. Tidak seperti semut-semut
pada umumnya yang selalu antre, bekerja sama, bergotong royong, saling
menghargai, dan sebagainya. Nah, jika ada anak yang sulit diatur dan suka
berkeliaran, orang tua selalu mengatakan bahwa anak tersebut seperti kameng wae hala. Masyarakat lain
menyebutnya mihe wae rumang atau
semut gila.
******
Dari
sekitar 15.000 spesies semut yang ditemukan di seluruh dunia, beberapa di antara
spesies atau jenis semut tersebut dikenal sebagai hama pertanian dan ada
beberapa dari mereka diketahui dapat merusak struktur kayu suatu bangunan. Ketika
berada di area perumahan, beberapa jenis semut rumahan yang paling umum ditemui
biasanya berada di area dapur atau ruang makan, tempat dimana mereka dengan
mudah menemukan sumber makanan di dalam rumah. Semut-semut itu antara lain:
semut hantu (semut gula), semut firaun, semut gila, dan semut tukang kayu.
Semut gula memiliki kepala berwarna gelap
dengan perut berwarna bening. Berukuran sekitar 2.5 - 15 mm. Semut ini tidak
mengigit. Semut ini menyukai makanan yang berasa manis, berbahan dasar gula. Semut gula seringkali ditemukan di
dalam ruangan terutama di lingkungan yang lembab seperti di bawah bak cuci
piring di dapur dan di dalam lemari. Semut jenis ini tertarik pada makanan
manis, remah-remah makanan atau tumpahan minuman manis yang tidak langsung
dibersihkan. Cara mengatasinya antara lain membersihkan dengan segera
remah-remah, minyak, dan sumber makanan lainnya yang mungkin tersisa di balik
lemari es dan kompor.
Semut firaun memiliki tubuh kecil dan
berwarna kuning kecoklatan. Semut ini mungkin menggigit, namun sangat jarang
menyengat. Mereka mencari makanan berprotein tinggi dan berbasis minyak. Mereka
aktif mencari makan di malam hari. Semut
firaun bersarang di area tertutup di berbagai tempat di dalam rumah,
seperti retakan dinding, di bawah beberapa peralatan rumah tangga dan di bawah
karpet. Semut firaun datang ke rumah
karena banyak makanan yang terbuka di atas meja atau tidak tertutup rapat di
dapur Anda. Cara mengatasinya adalah jangan pernah mencoba untuk mengusir semut
ini dengan menggunakan semprotan atau cairan insektisida karena hal ini hanya
akan memperburuk keadaan dan menjadikan koloni semut ini lebih sulit untuk
dikendalikan. Jangan ragu untuk menghubungi jasa pembasmi semut profesional
ketika Anda harus berurusan dengan semut
firaun di rumah.
Semut tukang kayu berukuran besar sekitar 17 mm
dan berwarna gelap, tetapi juga dapat ditemui berwarna merah-kehitaman. Semut tukang kayu tidak menggigit atau
menyengat. Semut jenis ini menyukai sumber makanan berprotein tinggi, khususnya
dari serangga mati. Semut tukang kayu
bersarang di pohon dan struktur kayu. Jenis semut ini menggigit kayu saat
membangun sarangnya di pohon, tetapi mereka tidak memakan kayu sama halnya
seperti rayap. Semut ini tertarik pada tempat-tempat dengan kelembaban yang
tinggi dan membentuk sarang berupa lubang-lubang pada struktur kayu. Cara
mengatasi semut tukang kayu adalah
segera memperbaiki sumber kebocoran di sekitar rumah, misalnya dari pipa air
yang dapat menyebabkan kerusakan atau pelapukan pada kayu yang disukai oleh
semut tukang kayu.
Semut gila berwarna hitam dan berkaki
panjang, dapat bergerak tak menentu ke segala arah ketika merasa terganggu. Semut
ini tidak menggigit atau menyengat. Mereka memakan berbagai jenis makanan,
namun lebih menyukai makanan yang berbasis gula. Semut gila bersarang di luar rumah (outdoor) khususnya di bawah pot
bunga, jalan setapak dan sekitar area kolam. Semut gila merupakan salah satu jenis semut rumahan yang dikenal
sebagai hama invasif atau dapat mengolonisasi suatu habitat secara masif.
Begitu semut gila dapat masuk ke
dalam rumah, mereka akan dengan cepat berkeliaran mencari sumber makanan dan
menjadi lebih sulit untuk dikendalikan. Anda harus mencoba mengurangi
kemungkinan jenis semut ini masuk ke dalam rumah dengan cara membuang cabang
pohon yang bersebelahan dengan bangunan rumah Anda. Cara lain yang dapat Anda
lakukan adalah dengan menutup semua celah dan retakan yang dapat menjadi akses masuk
semut gila ke dalam rumah. [1]
*****
Terlepas
dari berbagai jenis semut dengan karakteristiknya, nilai-nilai yang dapat
dipetik dari para semut antara lain disiplin, kerja sama, gotong royong,
persatuan, dan solidaritas. Semut sangat disiplin dalam mengantre (kecuali
semut gila). Jika semut saja bisa mengantre, mengapa kita manusia selalu tidak
sabar dan ingin didahulukan? Semut selalu bekerja sama dalam mencari nafkah.
Mereka pun bergotong royong untuk membawa hasil perolehannya menuju ke
sarangnya. Jika semut bisa bekerja sama dan bergotong royong dalam bekerja,
mengapa kita lebih suka berpangku tangan sambil menonton orang lain bekerja?
Semut
pun memiliki integritas tinggi dalam menjalin persatuan. Mereka selalu hidup
berkoloni. Tidak ada semut yang hidup sendiri. Jika semut bisa menjalin
persatuan, mengapa kita lebih suka menyaksikan dan menjadi pelaku perpecahan di
antara kita? Semut pun selalu memelihara sikap solider. Tidak akan ditemukan
ada semut yang menghabiskan makanannya sendiri. Mereka selalu berbagi. Jika
semut saja memiliki sikap solider, mengapa kita lebih suka egois atau
mementingkan diri sendiri? Mari kita belajar pada semut untuk menumbuhkan sikap
positif dalam diri kita.
*******
[1] https://www.rentokil.co.id/tips-mudah-mengendalikan-hama/fakta-menarik-tentang-hama/4-spesies-semut-paling-sering-ditemukan-di-rumah/
Rabu, 07 Oktober 2020
KAMENG WAE HALA
"Ai ... these ants are really too," said Mama grumpily because the steamed sponge cake she had just made was eaten by ants. "Please take the ant chalk on the shelf," he told me in a tone of command. "I don't want to," I said angrily, turning to want to leave my mother. "Where are you going?" I grabbed my hair. "Basic. This kid is like Kameng wae hala, ”he joked with a smile. I smiled too, then I said, "That's why don't like orders. I don't want to be like that. " Mama was flabbergasted. The old woman looked shocked. "Didn't I ask for help?" He asked rhetorically, then went to open the shelf. Mama took out the ant chalk. Scratched it around the cake holder which he placed on the table.
I watched the ants'
behavior. Those who were in the circle slowly became helpless and died. Those
outside the circle are getting farther away from the chalk mark scratched by
the mother. "Poor them really," I said to mama. “You know… you pity the
ants? Strange. Mama who works hard to sweat this you underestimate. I don't
even want to ask for help, you guys wae hala, "Mom grumbled to me. I do
not care. I tried to follow the ants outside the circle moving away. They
flocked through the cracks in the tile floor towards the edge of the room. From
there they continued along the wall of the room to the door and then down the
stairs. The ant troupe grew. Even so, they still walked one by one, not
crowded. Arriving at the last step, the ant that was walking to the front
stopped for a moment. Simultaneously all the ants stopped too.
For a moment the ant
"leader of the party" seemed to think for a moment. Apparently they
had to turn around. Wow, they were walking towards the piece of cake that had
fallen from my hand. They stopped. Surround the piece of cake. I was more and
more curious, what the ants would do. The ants tried to lift the piece of cake.
Initially 5 ants. Can not. Just shifted a little. Suddenly there were a dozen
ants carrying the cake. It works. They led him to the last step. I keep
following them. Of course, from where I sit, only my eyes are always on them.
There at the corner of
the stairs, they paused for a moment. Wow… there was a hole. They entered the
hole carrying the piece of cake. Suddenly came out from within a group of black
ants who were walking in no direction. In no time at all, they were filling the
steps, but very irregular. They are not walking in a path like the previous
ants. Precisely because of their presence, the ants had disappeared. I searched
everywhere, but I could not find it.
"Where are
they?" I shouted to myself. However, mom suddenly got behind me. "Who
are you looking for?" He asked me. I pointed at the wild black ants that
didn't know any manners. "That, Ma. When they came out of the hole, the ants
disappeared. Even though they were carrying the cake that fell from my hand,
"I explained. “Besides, those black ants don't know the rules. They walk
and run carelessly. It seems very wild, "I continued. "Well, that's
what we call the kameng wae hala ant. Just like you. It's hard to control.
Never want to listen to mama. You like yourself, "said the mother
casually. "So, you equate me with Kameng wae hala?" I asked. However,
Mom had passed me by saying, "Just answer yourself."
Kameng wae hala is the
name given by the people of Sikka district for black ants who walk recklessly.
They usually appear occasionally from inside holes or from old discarded
patchwork. Their appearance immediately disturbed the eye. Very handsome and
roaming as they please. Unlike ants in general who always line up, cooperate,
work together, respect each other, and so on. So, if there are children who are
difficult to control and like to roam around, parents always say that the child
is like kameng wae hala. Other people call it mihe wae rumang or crazy ants.
******
Of the approximately
15,000 species of ants found worldwide, some of these species or types of ants
are known as agricultural pests and some of them are known to damage the wooden
structure of buildings. When in residential areas, some of the most common types
of house ants are usually found in the kitchen or dining area, where they can
easily find food sources in the house. These include: ghost ants (sugar ants),
pharaoh ants, mad ants, and carpenter ants.
Sugar ants have a dark
head with a clear stomach. Measuring about 2.5 - 15 mm. These ants don't bite.
These ants like foods that taste sweet, made from sugar. Sugar ants are often
found indoors, especially in humid environments such as under kitchen sinks and
in cupboards. Sugar ants come to the house because they are attracted to sugary
foods, food crumbs or spilled sugary drinks that are not cleaned up right away.
Methods for dealing with sugar ants include quickly cleaning up any crumbs,
grease, and other food sources that may remain behind the refrigerator and
stove.
Pharaoh ants have a
small body and are brownish yellow in color. These ants may bite, but they
rarely sting. These ants seek out high protein, oil-based foods. They are
actively looking for food at night. Pharaoh ants nest in closed areas in
various places in the house, such as in wall cracks, under some household items
and under carpets. Pharaoh ants come to your house because a lot of food is
open on the table or not tightly closed in your kitchen. The way to deal with
pharaoh ants is never to try to repel pharaoh ants by using insecticide sprays
or liquids as this will only make things worse and make this ant colony more
difficult to control. Don't hesitate to contact a professional ant control when
you have to deal with pharaoh ants at home.
Carpenter ants are
large about 17 mm in size and dark in color, but can also be found to be
red-black in color. Carpenter ants do not bite or sting. Carpenter ants prefer
high protein food sources, especially dead insects. Carpenter ants choose to
nest in trees and wooden structures. These types of ants bite wood while
building their nests in trees, but they don't eat wood like termites. Carpenter
ants are attracted to places with high humidity and form nests in the form of
holes in wooden structures. The way to deal with carpenter ants is to
immediately repair the source of leaks around the house, for example from water
pipes that can cause damage or weathering to wood which carpenter ants like.
The
mad black ants have long legs and can move erratically in any direction when
they are disturbed. Mad ants do not bite or sting. Crazy ants eat a wide
variety of foods, but prefer sugar-based foods. Crazy ants nest outside the
home (outdoors), especially under flower pots, paths and around pool areas. Mad
ants are a type of house ant that are known as invasive pests or can massively
colonize a habitat. Once the mad ants get into the house, they will quickly
roam for food sources and become more difficult to control. You should try to
reduce the chances of this type of ant getting into your house by removing tree
branches that are adjacent to your house. Another way you can do this is to
cover all the cracks and gaps that could allow crazy ants to enter the house.
*******
Apart from the various
types of ants with their characteristics, the values that can be learned from the ants include discipline,
cooperation, mutual cooperation, unity and solidarity. Ants are very disciplined
in queuing (except crazy ants). If ants can stand in line, why are we humans
always impatient and want to come first? Ants always work together to make a
living. They also work together to bring the proceeds to the nest. If the ants
can cooperate and cooperate in working, why do we prefer to do nothing while
watching other people work?
Ants also have high
integrity in building unity. They always live in colonies. No ant lives alone.
If ants can forge unity, why would we rather witness and be agents of divisions
between us? Ants always maintain a solidarity. There will be no ants that
finish their own food. They are always various. If ants alone have a
solidarity, why would we prefer to be selfish or selfish? Let us learn from
ants to cultivate a positive attitude in us.
*******
Selasa, 06 Oktober 2020
WOKO TOA VS SULUNG GOAK DAN RASA TAKUT
“Woko…
Toa o…, Toa o… Kerik…kerik…kerik..!”
Sekejap
semua warga di dusun kecilku serentak terdiam. Konsentrasi pada sumber suara.
Semua yang masih di luar rumah bergegas masuk. Masing-masing mencari posisi
aman di sekitar atau di dekat ayah dan ibunya duduk. Ada yang memeluk erat
ibunya. Ada pula yang merapat dekat ke ayahnya. Semua wajah memperlihatkan rasa
takut yang luar biasa. Apalagi malam makin kelam dan angin malam berhembus
pelan.
“Ssttt…diam-diam. Jangan beriksik,”ayah mengingatkan kami yang masih sibuk mencari tempat berlindung. Rupanya ayah sedang mencermati asal muasal bunyi itu. “Moat, warga kita yang di ujung kampung tu sedang sakit keras. Tadi sore katanya hampir membuang nafas terakhir,” bisik ibu di tengah keheningan kami di dalam gelapnya malam. Lampu minyak tanah yang terletak di tengah ruangan kian redup. Kemungkinan kehabisan minyak. Apalagi angina dingin masih terus bertiup meskipun pelan. “Kalau hanya sekedar woko dan toa, …”keluh ibu seolah pada diri sendiri dan menghentikan kata-katanya. Ibu tidak berani melanjutkan setelah melihat air muka ayah.
“Nurak,
tolong isi minyak dulu,”suruh ayah pada sulung kami yang duduk di dekatnya.
Nurak menggeleng dan kian merapat ke ibu. Aku sebagai si bungs uterus nempel
pada ayah. “Ah, kamu ini. Kenapa takut?”tanya ayah sembari menyedot rokok
lontar di bibirnya. “Ih….ayah!”teriakku keras dan tiba-tiba sudah ada di atas
pangkuan ayah, tatkala suara itu terdengar lagi persis di atas bubungan rumah.
“Toa o.. toa o…kerik..kerik…kerik..!” Aku semakin erat bergelayut di leher
ayah. Nurak memeluk pinggang ibu. Mitan berpndah duduk di antara ayah dan ibu.
“Anak-anak,”kata
ayah seraya memelototi kami satu per satu. “Saya tidak suka mempunyai anak-anak
penakut. Semua itu tidak benar. Kata-kata orang-orang kampung itu salah
semuanya,”kata ayah meyakinkan kami. Suaranya tegas. Penuh wibawa. Tatapan
matanya bersahabat seolah mengajak kami masuk di dalam bola matamya yang
bening. “Suara yang baru saja kamu dengar, hanyalah suara burung hutan. Burung
itu mau mandi di laut. Biasanya setelah dia kembali ke hutan, hujan pasti
turun,”jelas ayah. “Apakah kamu sudah siapkan lahan untuk menanam?”tanyanya
pada kami. “Belum, Yah. Kebunku sisa sedikit lagi. Besok juga kelar,”jawah Mitan.
“Aku punya baru bersihkan rumput-rumput yang kering. Habisnya, bantu masak tiap
hari,”jawab Nurak. “Nah, lebih baik kamu focus untuk itu. Sulung Goak kalau sudah berbunyi, pasti hujan segera turun. Musim
penghujan akan segera tiba,”kata ayah memberi semangat. Belum habis perkataan
ayah, hujan pun turun dengan lebatnya. Petir dan kilat susul menyusul. Esok
paginya terdengar kabar bahwa tetangga di ujung kampung sudah meninggal. Aku
dan saudara-saudaraku mau percaya yang mana? Cerita orang-orang atau cerita ayah
seorang?
******
Bagi
masyarakat Sikka etnis Krowe di Nusa Tenggara Timur, sebutan woko toa adalah sebutan yang sangat
menakutkan. Istilah tersebut dihubungkan dengan suara suanggi yang sedang
mencari mangsa. Suara-suara tersebut biasanya terdengar pada malam hari. Jika
suara itu terdengar, semua warga pasti ketakutan. Mereka tidak berani keluar
rumah meskipun untuk urusan pribadi seperti ke toilet.
Konon
woko itu suanggi yang berjenis
kelamin perempuan. Suara yang terdengar pada saat mereka beraksi adalah
“woko…woko…” dengan intonasi lembut dengan nada yang rendah. Menurut
kepercayaan masyarakat setempat, suanggi perempuan sedang melakukan ‘survey’
untuk menemukan korban yang bisa dijadikan mangsa. Jadi, jika ada anggota
keluarga yang sedang sakit, perasaan was-was segenap anggota keluarga akan
tercipta. Tidak boleh ada yang keluar rumah. Jika terpaksa, harus ditemani oleh
orang yang lebih tua. Di halaman depan rumah pasti dibuat api unggun semalam
suntuk. Di setiap sudut rumah dan halaman diletakan daun pucuk damar sebagai
penangkal suanggi tersebut. Suanggi tidak akan bisa masuk ke halaman dan rumah
keluarga yang bersangkutan.
Toa adalah sebutan untuk suanggi
laki-laki. Suara yang terdengar yakni “toa o… toa ooo…” begitu seterusnya.
Intonasi suara lebih tinggi dan tegas. Terus menerus sepanjang malam bahkan
hingga beberapa malam. Jika suara ini terdengar, kewaspadaan masyarakat semakin
meningkat. Kadang sang Ayah di rumah tersebut terus berjaga hingga pagi hari
jika ada anggota keluarga yang sedang sakit. Tidak hanya berjaga, ayah juga
mengeluarkan kata-kata penolakan agar si Suanggi mencari mangsanya pada
orang-orang yang memang bersalah. Ia seperti berbicara sendiri, tetapi suaranya
diperkeras seolah mengusir sang Suanggi tersebut.
Suanggi
laki-laki itu, tidak hanya mengeluarkan suara “toa o..” tetapi juga ia
mengeluarkan suara “kerik… kerik… kerik…”dengan intonasi cepat dan tegas lalu
menghilang. Jika hal ini terdengar, dalam waktu hitungan hari pasti aka nada
warga yang meninggal entah karena sakit atau karena musibah seperti jatuh dari
pohon, tenggelam di laut atau sungai, dsb. Pada saat peristiwa kematian itu
terjadi, warga yang melayat pasti bercengkerama dan menghubung-hubungkan
kematian itu dengan suara-suara ‘toa dan kerik’ tersebut.
Nah,
berbeda dengan masyarakat pada umumnya, ayahku mengatakan bahwa suara-suara
tersebut adalah suara sulung goak, sejenis
burung malam seperti burung hantu. Burung tersebut tidak kelihatan dengan mata
telanjang, hanya dapat dilihat dengan mata batin. Ayahku bercerita bahwa burung
tersebut hanya dapat keluar sesewaktu ketika ia merasa kepanasan tinggal di
dalam gua di tengah hutan. Biasanya burung itu akan keluar dari gua dan terbang
menuju ke laut untuk mandi. Dalam perjalanan menuju ke laut itulah, ia bersuara
“woko…toa o… kerik…” Jika hal itu terjadi, musim penghujan akan segera tiba.
Ayahku
mengemas ceritanya sedemikian rupa sehingga rasa takut terhadap suara-suara
tersebut tidak kami rasakan. Jika keluarga-keluarga lain ketakutan mendengarkan
suara tersebut, saya dan saudara-saudaraku biasa-biasa saja. Bahkan kami merasa
senang karena musim hujan akan tiba. Dengan demikian, kami pasti memiliki cukup
air untuk minum, masak, mandi, dan cuci. Kami berharap segera turun hujan agar
rasa sejuk dan segar bisa kami rasakan.
Kami
baru menyadarinya bahwa cerita tentang sulung
goak itu hanyalah pengalihan isu
saja. Ayah sengaja menghadirkan tokoh lain untuk mengurangi rasa takut pada
diri kami. Bahkan ayah ingin agar kami menjadi anak yang pemberani. Tidak takut
malam, gelap, dan semua yang terjadi pada malam. Kami diajari bahwa sebenarnya
siang dan malam itu sama saja. Hanya gelap dan hening yang membedakannya. Tidak
ada alasan untuk merasa takut. Ketakutan itu terjadi karena pikiran kita
sendiri. Jika pikiran dapat melahirkan rasa takut, mengapa ceritanya tidak
diganti untuk menciptakan pikiran yang menghadirkan rasa tenang, berani, dan
optimis? Begitulah, sosok burung sulung
goak itu hadir di dalam keluarga
kami.
******
Rasa
takut adalah defence mechanism, atau
mekanik bela diri.yang timbul pada diri seseorang karena adanya kecenderungan
untuk membela diri sendiri dari bahaya atau hanya perasaan yang tidak enak
terhadap sesuatu hal. Hal ini sejalan dengan Doktor Tony Whitehad, dalam
bukunya yang berjudul “Fears and Phobias” yang mengatakan bahwa definisi takut
adalah sesuatu yang agak kompleks, di dalamnya terdapat suatu perasaan
emosional dan sejumlah perasaan jasmaniah.
Rasa
takut sesungguhnya adalah emosi yang sangat manusiawi bahkan hewani. Rasa takut
dihasilkan oleh bagian kecil otak bernama amigdala sebagai respon primitif
terhadap ancaman. Dengan memiliki rasa takut, kita otomatis akan berusaha
mencari cara untuk mempertahankan diri dan bertahan hidup. Singkatnya, ribuan
tahun evolusi mengajarkan spesies manusia untuk menghindar dari kepunahan.
Namun, rasa takut itu bisa jadi sangat ekstrem. Bagi orang-orang yang mengalami
fobia alias ketakutan berlebihan terhadap suatu hal, rasa takut bisa mengganggu
kenyamanan, menyulitkan kehidupan sehari-hari, bahkan mengancam nyawa. Untuk
itu, diperlukan cara yang efektif untuk mengatasi rasa takut.
Penelitian
yang dilakukan secara terpisah oleh tim Thomas Ă…gren dari Universitas Uppsala
dan Daniella Schiller dari Universitas New York menunjukkan hasil awal yang
menjanjikan: rasa takut ternyata bisa dilenyapkan sama sekali.
Saat
mengingat sebuah memori, otak kita mengalami proses perombakan emosi.
Akibatnya, perasaan yang muncul pada saat itu ditentukan oleh bagaimana
terakhir kali memori tersebut kita ingat. Dengan memanipulasi proses ini, rasa
takut nantinya bisa dihilangkan sama sekali dari memori tertentu. Hanya saja,
satu-satunya cara untuk bisa memanipulasi ingatan tentunya dengan terlebih
dahulu mengingat setiap detail memori tersebut secara keseluruhan.
Bagaimana
cara menghadapi rasa takut? Rasa takut dapat dikonversi menjadi berani dengan
melakukan hal-hal berikut antara lain mengenali diri sendiri, mengubah cara
pandang, coba menghadapi rasa taku secara perlahan-lahan, dan berusaha untuk
rileks.
Sudah
sewajarnya kita menghindari hal yang kita takuti, tetapi hanya dengan berani
menghadapinya maka kita mempunyai kesempatan untuk menaklukkan ketakutan yang
kita alami. (www.sciencedaily.com/releases/2012/09/120920141155.htm)
*******
Minggu, 04 Oktober 2020
DONGENG UNTUK PEMBELAJARAN
Hai, sahabat belajar teristimewa sahabat belajar yang mengajar di sekolah dasar. Berikut ini ada video bagus untuk pembelajaran. Kalian bisa coba. Semoga anak-anak suka. Silakan Klik !
Jumat, 02 Oktober 2020
MALAM (Puisi)
Malam bukanlah kekelaman itu
Malam hanyalah daur waktu
Yang kian berulang
Agar ada esok dan kemarin
Agar ada babak baru dalam drama kehidupan
Yang lahirkan kisah indah sekaligus mungkin lara
Malam bukanlah kekelaman itu
Biarlah ia ada tuk membingkai warna warni
Yang ada di jejak waktu hari ini
Agar tiap jiwa bisa berkaca pada jejak yg tertinggal
Agar tiap insan bisa bicara tentang sejarah
Agar malam bisa bicara bahwa dia bukan sekedar kelam