Kamis, 15 Oktober 2020

IKAT TENUN (SIRU WISU ATA DU'A) TEKS PROSEDUR


 Hai, rekan-rekan sejawat yang sedang membelajarkan peserta didiknya terkait materi teks prosedur. Saya mempunyai video menarik terkait prosedur ikat tenun kearifan lokal Sikka sejak awal pemintalan benang hingga menenun kain. Jika berminat, silakan Klik Di sini !


Kamis, 08 Oktober 2020

MIHE MITAN (KAMENG WAE HALA)

 

“Ai…semut-semut ini sungguh terlalu,”kata mama bersungut-sungut lantaran kue bolu kukus yang baru dibuatnya yang dimakan semut. “Tolong ambil kapur semut di rak,”katanya padaku dengan nada perintah. “Tak mau ah,”kataku sewot seraya berbalik ingin meninggalkan mama. “Mau kemana kau?”rambutku dijambaknya. “Dasar. Anak ni kayak kameng wae hala,”selorohnya sambil tersenyum. Aku pun ikut tersenyum, lalu kataku,”Makanya jangan suka perintah. Aku tak mau seperti itu.” Mama terperangah. Wanita tua itu tampak kaget. “Bukannya tadi kuminta tolong, ya?”tanyanya retoris, lalu beranjak membuka rak. Mama mengeluarkan kapur semut. Menggoreskannya di seputaran tempat kue yang diletakannya di atas meja.


Aku mengamati perilaku semut-semut itu. Yang sedang berada di dalam lingkaran perlahan-lahan tiada berdaya lalu mati. Yang di luar lingkaran makin menjauh dari tanda kapur yang digores ibu. “Kasihan benar mereka,”kataku pada mama. “Lho…kau kasihan pada semut? Aneh. Mama yang kerja keras memeras keringat ini kau remehkan. Minta tolong pun tak mau, dasar kameng wae hala,”gerutu mama padaku. Aku tidak peduli. Aku mencoba mengikuti semut-semut yang di luar lingkaran itu beranjak pergi. Mereka berbondong-bondong melewati celah-celah lantai keramik menuju tepi kamar. Dari sana mereka terus menyusuri dinding kamar menuju pintu lalu menuruni anak tangga. Rombongan semut itu makin banyak. Meskipun begitu, mereka tetap berjalan satu-satu, tidak berdesakkan. Setibanya di anak tangga terakhir, semut yang berjalan paling depan berhenti sejenak. Serentak semua semut ikut berhenti.

Sejurus semut ‘pemimpin rombongan’ itu tampak berpikir sejenak. Rupanya mereka harus berbalik arah. Wah, ternyata mereka berjalan menuju ke potongan kue yang terjatuh dari tanganku. Mereka berhenti lalu mengelilingi potongan kue itu. Aku makin penasaran, gerangan apa yang akan dilakukan para semut. Semut-semut itu mencoba mengangkat potongan kue tersebut. Awalnya 5 ekor semut. Tidak bisa. Cuma bergeser sedikit. Tiba-tiba ada belasan semut menggotong kue itu. Berhasil. Mereka membawanya ke arah anak tangga terakhir. Aku terus mengikuti mereka. Tentunya dari tempat aku duduk saja, hanya mataku yang selalu terarah kepada mereka.

Di sana di sudut tangga itu, mereka berhenti sejenak. Wauh…ada lubang ternyata. Mereka memasuki lubang itu sambil membawa potongan kue tersebut. Tiba-tiba keluar dari dalam lubang sekelompok semut hitam yang berjalan tak tentu arah. Dalam waktu sekejap, mereka sudah memnuhi anak tangga, tetapi sangat tidak teratur. Mereka tidak berjalan pada jalurnya seperti semut-semut sebelumnya. Justru karena kehadiran mereka, semut-semut tadi menghilang. Aku mencarinya ke mana-mana, tetapi tidak kutemui.

“Dimana mereka?”teriakku pada diri sendiri. Namun, mama tiba-tiba sudah berada di belakangku. “Siapa yang kamu cari?”tanyanya padaku. Aku menunjuk ke semut-semut hitam liar yang tidak tahu sopan santun itu. “Itu, Ma. Pas mereka keluar dari lubang, semut-semut tadi pada menghilang. Padahal mereka tadi memikul kue yang terjatuh dari tanganku,”kataku menjelaskan. “Lagi pula, semut-semut hitam itu tak tahu aturan. Mereka berjalan dan berlari sembarangan saja. Sepertinya liar sekali,”lanjutku. “Nah, itu yang dinamakan semut kameng wae hala.  Persis seperti dirimu. Sulit diatur. Tak pernah mau mendengarkan mama. Suka-sukamu sendiri,”jawab mama nyerocos begitu saja. “Jadi, mama samakan aku dengan kameng wae hala?”tanyaku. Akan tetapi, mama sudah berlalu dari padaku sambil nyeletuk, “Jawab saja sendiri.”

*****

Kameng wae hala adalah nama yang diberikan masyarakat kabupaten Sikka untuk semut hitam yang berjalan serampangan. Mereka biasanya muncul sesewaktu dari dalam lubang atau dari lipatan perca kain yang dibuang lama. Kemunculan mereka langsung membuat pandangan mata terganggu. Sangat banyak dan berkeliaran sesuka hati mereka. Tidak seperti semut-semut pada umumnya yang selalu antre, bekerja sama, bergotong royong, saling menghargai, dan sebagainya. Nah, jika ada anak yang sulit diatur dan suka berkeliaran, orang tua selalu mengatakan bahwa anak tersebut seperti kameng wae hala. Masyarakat lain menyebutnya mihe wae rumang atau semut gila.

 

******

Dari sekitar 15.000 spesies semut yang ditemukan di seluruh dunia, beberapa di antara spesies atau jenis semut tersebut dikenal sebagai hama pertanian dan ada beberapa dari mereka diketahui dapat merusak struktur kayu suatu bangunan. Ketika berada di area perumahan, beberapa jenis semut rumahan yang paling umum ditemui biasanya berada di area dapur atau ruang makan, tempat dimana mereka dengan mudah menemukan sumber makanan di dalam rumah. Semut-semut itu antara lain: semut hantu (semut gula), semut firaun, semut gila, dan semut tukang kayu.

Semut gula memiliki kepala berwarna gelap dengan perut berwarna bening. Berukuran sekitar 2.5 - 15 mm. Semut ini tidak mengigit. Semut ini menyukai makanan yang berasa manis, berbahan dasar gula. Semut gula seringkali ditemukan di dalam ruangan terutama di lingkungan yang lembab seperti di bawah bak cuci piring di dapur dan di dalam lemari. Semut jenis ini tertarik pada makanan manis, remah-remah makanan atau tumpahan minuman manis yang tidak langsung dibersihkan. Cara mengatasinya antara lain membersihkan dengan segera remah-remah, minyak, dan sumber makanan lainnya yang mungkin tersisa di balik lemari es dan kompor.

Semut firaun memiliki tubuh kecil dan berwarna kuning kecoklatan. Semut ini mungkin menggigit, namun sangat jarang menyengat. Mereka mencari makanan berprotein tinggi dan berbasis minyak. Mereka aktif mencari makan di malam hari. Semut firaun bersarang di area tertutup di berbagai tempat di dalam rumah, seperti retakan dinding, di bawah beberapa peralatan rumah tangga dan di bawah karpet. Semut firaun datang ke rumah karena banyak makanan yang terbuka di atas meja atau tidak tertutup rapat di dapur Anda. Cara mengatasinya adalah jangan pernah mencoba untuk mengusir semut ini dengan menggunakan semprotan atau cairan insektisida karena hal ini hanya akan memperburuk keadaan dan menjadikan koloni semut ini lebih sulit untuk dikendalikan. Jangan ragu untuk menghubungi jasa pembasmi semut profesional ketika Anda harus berurusan dengan semut firaun di rumah.

Semut tukang kayu berukuran besar sekitar 17 mm dan berwarna gelap, tetapi juga dapat ditemui berwarna merah-kehitaman. Semut tukang kayu tidak menggigit atau menyengat. Semut jenis ini menyukai sumber makanan berprotein tinggi, khususnya dari serangga mati. Semut tukang kayu bersarang di pohon dan struktur kayu. Jenis semut ini menggigit kayu saat membangun sarangnya di pohon, tetapi mereka tidak memakan kayu sama halnya seperti rayap. Semut ini tertarik pada tempat-tempat dengan kelembaban yang tinggi dan membentuk sarang berupa lubang-lubang pada struktur kayu. Cara mengatasi semut tukang kayu adalah segera memperbaiki sumber kebocoran di sekitar rumah, misalnya dari pipa air yang dapat menyebabkan kerusakan atau pelapukan pada kayu yang disukai oleh semut tukang kayu.

Semut gila berwarna hitam dan berkaki panjang, dapat bergerak tak menentu ke segala arah ketika merasa terganggu. Semut ini tidak menggigit atau menyengat. Mereka memakan berbagai jenis makanan, namun lebih menyukai makanan yang berbasis gula. Semut gila bersarang di luar rumah (outdoor) khususnya di bawah pot bunga, jalan setapak dan sekitar area kolam. Semut gila merupakan salah satu jenis semut rumahan yang dikenal sebagai hama invasif atau dapat mengolonisasi suatu habitat secara masif. Begitu semut gila dapat masuk ke dalam rumah, mereka akan dengan cepat berkeliaran mencari sumber makanan dan menjadi lebih sulit untuk dikendalikan. Anda harus mencoba mengurangi kemungkinan jenis semut ini masuk ke dalam rumah dengan cara membuang cabang pohon yang bersebelahan dengan bangunan rumah Anda. Cara lain yang dapat Anda lakukan adalah dengan menutup semua celah dan retakan yang dapat menjadi akses masuk semut gila ke dalam rumah. [1]

*****

Terlepas dari berbagai jenis semut dengan karakteristiknya, nilai-nilai yang dapat dipetik dari para semut antara lain disiplin, kerja sama, gotong royong, persatuan, dan solidaritas. Semut sangat disiplin dalam mengantre (kecuali semut gila). Jika semut saja bisa mengantre, mengapa kita manusia selalu tidak sabar dan ingin didahulukan? Semut selalu bekerja sama dalam mencari nafkah. Mereka pun bergotong royong untuk membawa hasil perolehannya menuju ke sarangnya. Jika semut bisa bekerja sama dan bergotong royong dalam bekerja, mengapa kita lebih suka berpangku tangan sambil menonton orang lain bekerja?

Semut pun memiliki integritas tinggi dalam menjalin persatuan. Mereka selalu hidup berkoloni. Tidak ada semut yang hidup sendiri. Jika semut bisa menjalin persatuan, mengapa kita lebih suka menyaksikan dan menjadi pelaku perpecahan di antara kita? Semut pun selalu memelihara sikap solider. Tidak akan ditemukan ada semut yang menghabiskan makanannya sendiri. Mereka selalu berbagi. Jika semut saja memiliki sikap solider, mengapa kita lebih suka egois atau mementingkan diri sendiri? Mari kita belajar pada semut untuk menumbuhkan sikap positif dalam diri kita.

*******



[1] https://www.rentokil.co.id/tips-mudah-mengendalikan-hama/fakta-menarik-tentang-hama/4-spesies-semut-paling-sering-ditemukan-di-rumah/

Rabu, 07 Oktober 2020

KAMENG WAE HALA

 

"Ai ... these ants are really too," said Mama grumpily because the steamed sponge cake she had just made was eaten by ants. "Please take the ant chalk on the shelf," he told me in a tone of command. "I don't want to," I said angrily, turning to want to leave my mother. "Where are you going?" I grabbed my hair. "Basic. This kid is like Kameng wae hala, ”he joked with a smile. I smiled too, then I said, "That's why don't like orders. I don't want to be like that. " Mama was flabbergasted. The old woman looked shocked. "Didn't I ask for help?" He asked rhetorically, then went to open the shelf. Mama took out the ant chalk. Scratched it around the cake holder which he placed on the table.



I watched the ants' behavior. Those who were in the circle slowly became helpless and died. Those outside the circle are getting farther away from the chalk mark scratched by the mother. "Poor them really," I said to mama. “You know… you pity the ants? Strange. Mama who works hard to sweat this you underestimate. I don't even want to ask for help, you guys wae hala, "Mom grumbled to me. I do not care. I tried to follow the ants outside the circle moving away. They flocked through the cracks in the tile floor towards the edge of the room. From there they continued along the wall of the room to the door and then down the stairs. The ant troupe grew. Even so, they still walked one by one, not crowded. Arriving at the last step, the ant that was walking to the front stopped for a moment. Simultaneously all the ants stopped too.

For a moment the ant "leader of the party" seemed to think for a moment. Apparently they had to turn around. Wow, they were walking towards the piece of cake that had fallen from my hand. They stopped. Surround the piece of cake. I was more and more curious, what the ants would do. The ants tried to lift the piece of cake. Initially 5 ants. Can not. Just shifted a little. Suddenly there were a dozen ants carrying the cake. It works. They led him to the last step. I keep following them. Of course, from where I sit, only my eyes are always on them.

There at the corner of the stairs, they paused for a moment. Wow… there was a hole. They entered the hole carrying the piece of cake. Suddenly came out from within a group of black ants who were walking in no direction. In no time at all, they were filling the steps, but very irregular. They are not walking in a path like the previous ants. Precisely because of their presence, the ants had disappeared. I searched everywhere, but I could not find it.

"Where are they?" I shouted to myself. However, mom suddenly got behind me. "Who are you looking for?" He asked me. I pointed at the wild black ants that didn't know any manners. "That, Ma. When they came out of the hole, the ants disappeared. Even though they were carrying the cake that fell from my hand, "I explained. “Besides, those black ants don't know the rules. They walk and run carelessly. It seems very wild, "I continued. "Well, that's what we call the kameng wae hala ant. Just like you. It's hard to control. Never want to listen to mama. You like yourself, "said the mother casually. "So, you equate me with Kameng wae hala?" I asked. However, Mom had passed me by saying, "Just answer yourself."

Kameng wae hala is the name given by the people of Sikka district for black ants who walk recklessly. They usually appear occasionally from inside holes or from old discarded patchwork. Their appearance immediately disturbed the eye. Very handsome and roaming as they please. Unlike ants in general who always line up, cooperate, work together, respect each other, and so on. So, if there are children who are difficult to control and like to roam around, parents always say that the child is like kameng wae hala. Other people call it mihe wae rumang or crazy ants.

 

******

Of the approximately 15,000 species of ants found worldwide, some of these species or types of ants are known as agricultural pests and some of them are known to damage the wooden structure of buildings. When in residential areas, some of the most common types of house ants are usually found in the kitchen or dining area, where they can easily find food sources in the house. These include: ghost ants (sugar ants), pharaoh ants, mad ants, and carpenter ants.

Sugar ants have a dark head with a clear stomach. Measuring about 2.5 - 15 mm. These ants don't bite. These ants like foods that taste sweet, made from sugar. Sugar ants are often found indoors, especially in humid environments such as under kitchen sinks and in cupboards. Sugar ants come to the house because they are attracted to sugary foods, food crumbs or spilled sugary drinks that are not cleaned up right away. Methods for dealing with sugar ants include quickly cleaning up any crumbs, grease, and other food sources that may remain behind the refrigerator and stove.

Pharaoh ants have a small body and are brownish yellow in color. These ants may bite, but they rarely sting. These ants seek out high protein, oil-based foods. They are actively looking for food at night. Pharaoh ants nest in closed areas in various places in the house, such as in wall cracks, under some household items and under carpets. Pharaoh ants come to your house because a lot of food is open on the table or not tightly closed in your kitchen. The way to deal with pharaoh ants is never to try to repel pharaoh ants by using insecticide sprays or liquids as this will only make things worse and make this ant colony more difficult to control. Don't hesitate to contact a professional ant control when you have to deal with pharaoh ants at home.

Carpenter ants are large about 17 mm in size and dark in color, but can also be found to be red-black in color. Carpenter ants do not bite or sting. Carpenter ants prefer high protein food sources, especially dead insects. Carpenter ants choose to nest in trees and wooden structures. These types of ants bite wood while building their nests in trees, but they don't eat wood like termites. Carpenter ants are attracted to places with high humidity and form nests in the form of holes in wooden structures. The way to deal with carpenter ants is to immediately repair the source of leaks around the house, for example from water pipes that can cause damage or weathering to wood which carpenter ants like.

The mad black ants have long legs and can move erratically in any direction when they are disturbed. Mad ants do not bite or sting. Crazy ants eat a wide variety of foods, but prefer sugar-based foods. Crazy ants nest outside the home (outdoors), especially under flower pots, paths and around pool areas. Mad ants are a type of house ant that are known as invasive pests or can massively colonize a habitat. Once the mad ants get into the house, they will quickly roam for food sources and become more difficult to control. You should try to reduce the chances of this type of ant getting into your house by removing tree branches that are adjacent to your house. Another way you can do this is to cover all the cracks and gaps that could allow crazy ants to enter the house.

*******

Apart from the various types of ants with their characteristics, the values ​​that can be learned from the ants include discipline, cooperation, mutual cooperation, unity and solidarity. Ants are very disciplined in queuing (except crazy ants). If ants can stand in line, why are we humans always impatient and want to come first? Ants always work together to make a living. They also work together to bring the proceeds to the nest. If the ants can cooperate and cooperate in working, why do we prefer to do nothing while watching other people work?

Ants also have high integrity in building unity. They always live in colonies. No ant lives alone. If ants can forge unity, why would we rather witness and be agents of divisions between us? Ants always maintain a solidarity. There will be no ants that finish their own food. They are always various. If ants alone have a solidarity, why would we prefer to be selfish or selfish? Let us learn from ants to cultivate a positive attitude in us.

*******

Selasa, 06 Oktober 2020

WOKO TOA VS SULUNG GOAK DAN RASA TAKUT

 

 

“Woko… Toa o…, Toa o… Kerik…kerik…kerik..!”

Sekejap semua warga di dusun kecilku serentak terdiam. Konsentrasi pada sumber suara. Semua yang masih di luar rumah bergegas masuk. Masing-masing mencari posisi aman di sekitar atau di dekat ayah dan ibunya duduk. Ada yang memeluk erat ibunya. Ada pula yang merapat dekat ke ayahnya. Semua wajah memperlihatkan rasa takut yang luar biasa. Apalagi malam makin kelam dan angin malam berhembus pelan.


“Ssttt…diam-diam. Jangan beriksik,”ayah mengingatkan kami yang masih sibuk mencari tempat berlindung. Rupanya ayah sedang mencermati asal muasal bunyi itu. “Moat, warga kita yang di ujung kampung tu sedang sakit keras. Tadi sore katanya hampir membuang nafas terakhir,” bisik ibu di tengah keheningan kami di dalam gelapnya malam. Lampu minyak tanah yang terletak di tengah ruangan kian redup. Kemungkinan kehabisan minyak. Apalagi angina dingin masih terus bertiup meskipun pelan. “Kalau hanya sekedar woko dan toa, …”keluh ibu seolah pada diri sendiri dan menghentikan kata-katanya. Ibu tidak berani melanjutkan setelah melihat air muka ayah.

“Nurak, tolong isi minyak dulu,”suruh ayah pada sulung kami yang duduk di dekatnya. Nurak menggeleng dan kian merapat ke ibu. Aku sebagai si bungs uterus nempel pada ayah. “Ah, kamu ini. Kenapa takut?”tanya ayah sembari menyedot rokok lontar di bibirnya. “Ih….ayah!”teriakku keras dan tiba-tiba sudah ada di atas pangkuan ayah, tatkala suara itu terdengar lagi persis di atas bubungan rumah. “Toa o.. toa o…kerik..kerik…kerik..!” Aku semakin erat bergelayut di leher ayah. Nurak memeluk pinggang ibu. Mitan berpndah duduk di antara ayah dan ibu.

“Anak-anak,”kata ayah seraya memelototi kami satu per satu. “Saya tidak suka mempunyai anak-anak penakut. Semua itu tidak benar. Kata-kata orang-orang kampung itu salah semuanya,”kata ayah meyakinkan kami. Suaranya tegas. Penuh wibawa. Tatapan matanya bersahabat seolah mengajak kami masuk di dalam bola matamya yang bening. “Suara yang baru saja kamu dengar, hanyalah suara burung hutan. Burung itu mau mandi di laut. Biasanya setelah dia kembali ke hutan, hujan pasti turun,”jelas ayah. “Apakah kamu sudah siapkan lahan untuk menanam?”tanyanya pada kami. “Belum, Yah. Kebunku sisa sedikit lagi. Besok juga kelar,”jawah Mitan. “Aku punya baru bersihkan rumput-rumput yang kering. Habisnya, bantu masak tiap hari,”jawab Nurak. “Nah, lebih baik kamu focus untuk itu. Sulung Goak kalau sudah berbunyi, pasti hujan segera turun. Musim penghujan akan segera tiba,”kata ayah memberi semangat. Belum habis perkataan ayah, hujan pun turun dengan lebatnya. Petir dan kilat susul menyusul. Esok paginya terdengar kabar bahwa tetangga di ujung kampung sudah meninggal. Aku dan saudara-saudaraku mau percaya yang mana? Cerita orang-orang atau cerita ayah seorang?

 

******

Bagi masyarakat Sikka etnis Krowe di Nusa Tenggara Timur, sebutan woko toa adalah sebutan yang sangat menakutkan. Istilah tersebut dihubungkan dengan suara suanggi yang sedang mencari mangsa. Suara-suara tersebut biasanya terdengar pada malam hari. Jika suara itu terdengar, semua warga pasti ketakutan. Mereka tidak berani keluar rumah meskipun untuk urusan pribadi seperti ke toilet.

Konon woko itu suanggi yang berjenis kelamin perempuan. Suara yang terdengar pada saat mereka beraksi adalah “woko…woko…” dengan intonasi lembut dengan nada yang rendah. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, suanggi perempuan sedang melakukan ‘survey’ untuk menemukan korban yang bisa dijadikan mangsa. Jadi, jika ada anggota keluarga yang sedang sakit, perasaan was-was segenap anggota keluarga akan tercipta. Tidak boleh ada yang keluar rumah. Jika terpaksa, harus ditemani oleh orang yang lebih tua. Di halaman depan rumah pasti dibuat api unggun semalam suntuk. Di setiap sudut rumah dan halaman diletakan daun pucuk damar sebagai penangkal suanggi tersebut. Suanggi tidak akan bisa masuk ke halaman dan rumah keluarga yang bersangkutan.

Toa adalah sebutan untuk suanggi laki-laki. Suara yang terdengar yakni “toa o… toa ooo…” begitu seterusnya. Intonasi suara lebih tinggi dan tegas. Terus menerus sepanjang malam bahkan hingga beberapa malam. Jika suara ini terdengar, kewaspadaan masyarakat semakin meningkat. Kadang sang Ayah di rumah tersebut terus berjaga hingga pagi hari jika ada anggota keluarga yang sedang sakit. Tidak hanya berjaga, ayah juga mengeluarkan kata-kata penolakan agar si Suanggi mencari mangsanya pada orang-orang yang memang bersalah. Ia seperti berbicara sendiri, tetapi suaranya diperkeras seolah mengusir sang Suanggi tersebut.

Suanggi laki-laki itu, tidak hanya mengeluarkan suara “toa o..” tetapi juga ia mengeluarkan suara “kerik… kerik… kerik…”dengan intonasi cepat dan tegas lalu menghilang. Jika hal ini terdengar, dalam waktu hitungan hari pasti aka nada warga yang meninggal entah karena sakit atau karena musibah seperti jatuh dari pohon, tenggelam di laut atau sungai, dsb. Pada saat peristiwa kematian itu terjadi, warga yang melayat pasti bercengkerama dan menghubung-hubungkan kematian itu dengan suara-suara ‘toa dan kerik’ tersebut.

Nah, berbeda dengan masyarakat pada umumnya, ayahku mengatakan bahwa suara-suara tersebut adalah suara sulung goak, sejenis burung malam seperti burung hantu. Burung tersebut tidak kelihatan dengan mata telanjang, hanya dapat dilihat dengan mata batin. Ayahku bercerita bahwa burung tersebut hanya dapat keluar sesewaktu ketika ia merasa kepanasan tinggal di dalam gua di tengah hutan. Biasanya burung itu akan keluar dari gua dan terbang menuju ke laut untuk mandi. Dalam perjalanan menuju ke laut itulah, ia bersuara “woko…toa o… kerik…” Jika hal itu terjadi, musim penghujan akan segera tiba.

Ayahku mengemas ceritanya sedemikian rupa sehingga rasa takut terhadap suara-suara tersebut tidak kami rasakan. Jika keluarga-keluarga lain ketakutan mendengarkan suara tersebut, saya dan saudara-saudaraku biasa-biasa saja. Bahkan kami merasa senang karena musim hujan akan tiba. Dengan demikian, kami pasti memiliki cukup air untuk minum, masak, mandi, dan cuci. Kami berharap segera turun hujan agar rasa sejuk dan segar bisa kami rasakan.

Kami baru menyadarinya bahwa cerita tentang sulung goak  itu hanyalah pengalihan isu saja. Ayah sengaja menghadirkan tokoh lain untuk mengurangi rasa takut pada diri kami. Bahkan ayah ingin agar kami menjadi anak yang pemberani. Tidak takut malam, gelap, dan semua yang terjadi pada malam. Kami diajari bahwa sebenarnya siang dan malam itu sama saja. Hanya gelap dan hening yang membedakannya. Tidak ada alasan untuk merasa takut. Ketakutan itu terjadi karena pikiran kita sendiri. Jika pikiran dapat melahirkan rasa takut, mengapa ceritanya tidak diganti untuk menciptakan pikiran yang menghadirkan rasa tenang, berani, dan optimis? Begitulah, sosok burung sulung goak  itu hadir di dalam keluarga kami.

******

Rasa takut adalah defence mechanism, atau mekanik bela diri.yang timbul pada diri seseorang karena adanya kecenderungan untuk membela diri sendiri dari bahaya atau hanya perasaan yang tidak enak terhadap sesuatu hal. Hal ini sejalan dengan Doktor Tony Whitehad, dalam bukunya yang berjudul “Fears and Phobias” yang mengatakan bahwa definisi takut adalah sesuatu yang agak kompleks, di dalamnya terdapat suatu perasaan emosional dan sejumlah perasaan jasmaniah.

Rasa takut sesungguhnya adalah emosi yang sangat manusiawi bahkan hewani. Rasa takut dihasilkan oleh bagian kecil otak bernama amigdala sebagai respon primitif terhadap ancaman. Dengan memiliki rasa takut, kita otomatis akan berusaha mencari cara untuk mempertahankan diri dan bertahan hidup. Singkatnya, ribuan tahun evolusi mengajarkan spesies manusia untuk menghindar dari kepunahan. Namun, rasa takut itu bisa jadi sangat ekstrem. Bagi orang-orang yang mengalami fobia alias ketakutan berlebihan terhadap suatu hal, rasa takut bisa mengganggu kenyamanan, menyulitkan kehidupan sehari-hari, bahkan mengancam nyawa. Untuk itu, diperlukan cara yang efektif untuk mengatasi rasa takut.

Penelitian yang dilakukan secara terpisah oleh tim Thomas Ă…gren dari Universitas Uppsala dan Daniella Schiller dari Universitas New York menunjukkan hasil awal yang menjanjikan: rasa takut ternyata bisa dilenyapkan sama sekali.

Saat mengingat sebuah memori, otak kita mengalami proses perombakan emosi. Akibatnya, perasaan yang muncul pada saat itu ditentukan oleh bagaimana terakhir kali memori tersebut kita ingat. Dengan memanipulasi proses ini, rasa takut nantinya bisa dihilangkan sama sekali dari memori tertentu. Hanya saja, satu-satunya cara untuk bisa memanipulasi ingatan tentunya dengan terlebih dahulu mengingat setiap detail memori tersebut secara keseluruhan.

Bagaimana cara menghadapi rasa takut? Rasa takut dapat dikonversi menjadi berani dengan melakukan hal-hal berikut antara lain mengenali diri sendiri, mengubah cara pandang, coba menghadapi rasa taku secara perlahan-lahan, dan berusaha untuk rileks.

Sudah sewajarnya kita menghindari hal yang kita takuti, tetapi hanya dengan berani menghadapinya maka kita mempunyai kesempatan untuk menaklukkan ketakutan yang kita alami. (www.sciencedaily.com/releases/2012/09/120920141155.htm)

 

*******

 

 

 

Minggu, 04 Oktober 2020

DONGENG UNTUK PEMBELAJARAN


Hai, sahabat belajar teristimewa sahabat belajar yang mengajar di sekolah dasar. Berikut ini ada video bagus untuk pembelajaran. Kalian bisa coba. Semoga anak-anak suka. Silakan Klik !

Jumat, 02 Oktober 2020

MALAM (Puisi)

 


Malam bukanlah kekelaman itu

Malam hanyalah daur waktu

Yang kian berulang

Agar ada esok dan kemarin

Agar ada babak baru dalam drama kehidupan

Yang lahirkan kisah indah sekaligus mungkin lara

Malam bukanlah kekelaman itu

Biarlah ia ada tuk membingkai warna warni

Yang ada di jejak waktu hari ini

Agar tiap jiwa bisa berkaca pada jejak yg tertinggal

Agar tiap insan bisa bicara tentang sejarah

Agar malam bisa bicara bahwa dia bukan sekedar kelam